Back to natural Selamat berkunjung di Blog ini !

Sunday, April 25, 2010

UDANG

KATA PENGANTAR




Puji syukur kita panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) Udang Vanemei (Litopenaeus vannamei) di Balai Pengembangan benih Ikan Laut Air Payau dan Udang (BPBILAPU) Pangandaran Ciamis Jawa Barat.

Laporan Praktek Kerja Industri ini merupakan hasil kegiatan pengalaman dan merupakan salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Nasional. Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Orang tua yang selalu memberikan dorongan dan dukungan baik secara moril maupun material kepada kami selam kegiatan

2. Bapak Tata Tamami, A.Pi selaku kepala Balai Pengembangan Ikan laut Air Payau dan Udang (BPBILAPU) Pangandaran, yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan Praktek Kerja Industri dan menimba ilmu, terutama mengenai Pembenihan Udang Vanamei

3. Bapak Rohana, selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan laporan Praktek Kerja Industri ini

4. Bapak Awan Sudianto S.Pd, selaku pembimbing SMK Negeri 1 Cibadak Sukabumi dan sebagai ketua jurusan Budidaya Ikan

5. Keluarga besar Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Serta seluruh pihak yang turut membantu dalam penyusunan laporan Praktek Kerja Industri ini.

6. Bapak Ir. Yudi Karyudi, selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Cibadak.

7. Seluruh guru jurusan Budidaya Ikan, yang telah membantu dalam melaksanakan Praktek Kerja Industri (Prakerin).



Kami menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Industri ini masih banyak kekurangan – kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran untuk menjadikan laporan ini lebih sempurna. Harapan kami semoga laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak. Dan apabila ada kesalahan dalam penulisan kata atau gelar kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.







Sukabumi, April 2009





Penulis

















BAB III PEMBAHASAN

3.1 Biologi ……………………………………………………………………… 10

3.1.1 Klasifikasi ………………………………………………………… 10

3.1.2 Morfologi ………………………………………………………… 11

3.1.3 Siklus Hidup ……………………………………………………… 12

3.1.4 Moulting ………………………………………………………….. 13

3.1.5 Tingkah Laku Makanan ………………………………………….. 14

3.2 Pemeliharaan Larva ………………………………………………………… 15

3.2.1 Persiapan Bak …………………………………………………….. 15

3.2.2 Penebaran Larva ………………………………………………….. 16

3.2.3 Pemberian Pakan …………………………………………………. 16

3.2.4 Pengelolaan Kualitas Air …………………………………………. 17

3.2.5 Sampling Pertumbuhan dan Populasi …………………………….. 17

3.2.6 Pencegahan dan Pemberantasan Hama Penyakit …………………. 18

3.2.7 Pemanenan ………………………………………………………… 18

3.2.7.1 Persiapan Pemanenan …………………………………… 18

3.2.7.2 Pengemasan dan Tranportasi …………………………… 19

3.3 Kultur Pakan Alami ………………………………………………………… 19

3.3.1 Kultur Chaetoceros sp ……………………………………………. 21

3.3.1.1 Persiapan Wadah ………………………………………... 21

3.3.1.2 Pemupukan ……………………………………………… 21

3.3.1.3 Inokulasi ………………………………………………… 22

3.3.1.4 Sampling Pertumbuhan Populasi ……………………….. 22

3.3.2 Penetesan Artemia ………………………………………………… 22

3.3.2.1 Persiapan Wadah ……………………………………….. 22

3.3.2.2 Penebaran Cyste Artemia ………………………………. 22

3.3.2.3 Pemanenan Artemia …………………………………….. 22



BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ………………………………………………………………… 24

4.2 Saran ……………………………………………………………………….. 24

DAFTAR PUSTAKA





























BAB I

PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang

Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) atau sering disebut Udang Putih merupakan komoditas perikanan yang memiliki nilai ekspor yang tinggi. Udang vaname merupakan salah satu jenis spesies dari golongan karustase yang banyak dibudidayakan saat ini. Udang vaname ini memiliki kelebihan, lebih tahan dari penyakit dibandingkan dengan udang windu (Panaeus monodon), dan memiliki harga yang relative tinggi sehingga diharapkan mampu menggantikan udang windu sebagai komoditas udang unggulan di Indonesia.

Kegiatan pembenihan merupakan salah satu usaha untuk melestarikan ikan atau udang dari kepunahan. Udang vaname merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang sangat pupuler dikalangan masyarakat, baik masyarakat nasional maupun internasional. Minat masyarakat terhadap udang ini tidak pernah surut bahkan cenderung meningkat.

Balai Pengembangan Benih Ikan Laut Air Payau dan Udang Pangandaran merupakan salah satu balai yang bergerak dalam Pengembangan Benih ikan konsumsi air laut yang berada di Jawa Barat. Balai Pengembangan Benih Ikan Laut Air Payau dan Udang ini telah berhasil mengembangkan beberapa jenis ikan konsumsi air laut terutama udang vaname. Oleh karena itu, Balai Pengembangan Benih Ikan Laut Air Payau dan Udang Pengandaran dipilih sebagai tempat Praktek Kerja Industri dengan mengambil komoditas udang vaname









1.2 Tujuan Prakerin

Kegiatan praktek kerja industri ini bertujuan untuk memperdalam wawasan, menambah pengalaman serta keterampilan dalam pengolahan sumber daya perikanan. Selain itu, tujuan khusus dari kegiatan Prakerin ini adalah :

a. Mengidentifikasikan fasilitas utama, pendukung dan pelengkap dalam pembenihan

b. Mendapat pengetahuan dan keterampilan teknis maupun non teknis dalam kegaitan prakerin

c. Mengidentifikasikan dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam kegiatan pembenihan udang vaname

d. Mampu mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan selama kegiatan prakerin

e. Membina kerja sama sekolah dengan Balai Pengembangan Benih Ikan Laut Air Payau dan Udang (BPBILAPU) sebagai sentral pembangunan dilingkungan masyarakat .

1.3 Manfaat Prakerin

Manfaat Praktek Kerja Industri ini sebagai berikut :

a. Sebagai suatu sarana untuk mengenal dunia usaha pembenihan udang vaname, dan sekaligus sebagai sentral pembangunan di lingkungan masyarakat

b. Meningkatkan keterampilan dan pengalaman kerja di lapangan dan menambah pengetahuan mengenai udang vaname di Balai Pemngembangan Benih Ikan Laut Air Payau dan Udang (BPBILAPU)









1.4 Waktu dan Tempat

Kegiatan Praktek Kerja Industri pembenihan ini dilaksanakan selama 4 bulan, mulai dari tanggal 5 Januari samapai dengan 30 April 2009. Lokasi Praktek Kerja Industri yang dipilih yaitu Balai Pengembangan Benih Ikan Laut Air Payau dan Udang Pangandaran Jawa Barat

1.5 Ruang Lingkup Praktek Kerja Industri (Prakerin)

Ruang lingkup kegiatan Praktek Kerja Industri ini meliputi pengamatan atau observasi langsung, konsultasi dengan pihak terkait dengan BPBILAPU Pangandaran ikut berpartisipasi dalam seluruh kegiatan yang dilakukan, serta mempelajari aspek- aspek yang mengandung kegiatan BPBILAPU Pangandaran ini, aspek – aspek tersebut meliputi, aspek produksi, pemasaran, keuangan, dan sumber daya manusia. Namun pada Praktek Kerja Industri ini, di fokuskan pada aspek produksi, pemasaran, keuangan, dan sumber daya manusia yang difokuskan pada unit usaha pembenihan udang vaname.























BAB II

KEADAAN UMUM



2.1 Keadaan Lokasi

BPBILAPU terletak di wilayah Kabupaten Ciamis yakni di Kampung Baru Desa Pangandaran Kecamatan Pangandaran BPBILAPU terletak dikawasan pariwisata Pantai Timur Pangandaran, dan memiliki luas 2,5 ha

Dahulu BPBILAPU bernama Balai Benih Udang Galah (BBUG), yang Pengembangannya dilakukan bersamaan dengan pembangunan Unit Pembenihan Udang Galah (UPUG) Pamarican. Lembaga Pemerinatah ini merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang dibangun pada tahun 1979 – 1980, untuk mendukung pemerintah dalam Program Udang Nasional (PUN) yang dicanangkan sekitar pada tahun 1980.

Pada tahun 1982 BBUG Pangandaran mengfokuskan pengembangan udang vanamane, sedangkan pembenihan udang galah sebagai bagian sampingan. Berdasarkan SK Gubernur KDH Tingkat I Jawa Barat No. 4 tahun 24 Februari 1997, BBUG berubah menjadi Balai Benih Udang (BBU). Pada tahun 1998. Berdasarkan kebijakan Kepala Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat BBU Pangandaran hanya mengembangkan udang vaname, sedangkan kegiatan pengembangan Udang Galah (UPUG) di Pamarican. Pemerintah Provinsi Jawa Barat kemudian meningkatkan status Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Benih Udang Galah (UPUG) Pamarican sebagai UPT nya.

Sesuai dengan Perda no 5 tahun 2002, BBU Pangandaran diubah menjadi Balai Pengembangan Benih Ikan Laut Air Payau dan Udang (BPBILAPU), bahkan tidak hanya mengembangakan komoditas udang, tetapi juga komoditas ikan laut dan payau

2.2 Organisasi Balai dan Ketenagakerjaan

BPBILAPU dipimpin oleh seorang Kepala Balai yang secara struktural bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat. Kepala Balai ini membawahi sebagian Tata Usaha, Seksi Pengujian, Seksi Aplikasi Teknologi Ikan Laut, Seksi Aplikasi teknologi Udang, sebagai Tata Usaha terdiri atas kepala Tata Usaha yang membawahi bendahara, sekertaris, keamanan dan kebersihan. Pengembangan struktur organisasi BPBILAPU direncanakan dengan penambahan Instalasi dan kelompok jabatan Fungsional pengembangan struktur ini masih menunggu keputusan dari Kepala Dinas Provinsi Jawa Barat. (Gambar 1)















Gambar 1. Struktur organisasi Balai Pengembangan Benih Ikan Laut Air Payau dan Udang















Pembagian kerja di BPBILAPU sesuai dengan keputusan Gubernur Jawa Barat No. 55 tahun 2002 adalah sebagai berikut :

 Kepala BPBILAPU mempunyai tugas memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksana kegiatan dibidang pengembangan benih ikan laut, air payau dan udang.

 Sub bagian tata usaha mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan rencana kerja, pengolahan administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan umum seperti pelaporan.

 Seksi pengujian bertugas mengumpulkan, mengolah dan melakukan pengujian teknologi budidaya khususnya dalam pembenihan.

 Seksi aplikasi dan teknologi ikan bertugas mengumpulkan informasi, mengkoordinir kegiatan, serta melakukan pengujian terhadap komoditas ikan laut, menyusun menyajikan dan menyebar luaskan informasi hasil aplikasi teknologi pembenihan ikan

 Seksi aplikasi teknologi udang bertugas mengumplkan informasi, mengkoordinir kegiatan, serta melakukan analisa pengujian terhadap komoditas udang.

BPBILAPU Pangandaran memilliki beberapa pegawai yang mencukupi Pegawai Negeri Sipil (PNS), Tenaga Kerja Kontrak (TKK), Tenaga Kerja Lepas (TKL), dapat dilihat pada tabel 1













Tabel 1. Kepegawaian Balai Pengembangan Budidaya Ikan Laut Air Payau dan Udang. Berdasarkan tingkat pendidikan.

No Tingkat Pendidikan Jumlah Status Pendidikan

1 SD 2 orang TKK

2 SMA 6 orang PNS, TKK, TKL

3 PGA 1 orang PNS

4 SPMA 2 orang PNS

5 D1 1 orang PNS

6 D3 1 orang PNS

7 D4 1 orang PNS

8 S1 7 orang PNS, TKK



2.3 Fasilitas Fisik

2.3.1 Wadah

Fasilitas utama pembenihan udang vaname adalah wadah. BPBILAPAU memiliki beberapa unit Hatchery diantaranya, Hatchery A, B, dan C. Fasilitas Hatchery A terdiri dari bak pemeliharaan larva, terbuat dari beton, berbentuk persegi panjang, berukuran 8 x 1,6 x 1,1 m dengan kapasitas 16,49 m, berjumlah 10 unit. Dalam bak tersebut terdapat saluran pamasukan, saluran pengeluaran dan saluran aerasi berjumlah 63 titik. Hatchery_B merupakan Hatchery pembenihan udang galah. Hatchery C terdapat bak budidaya udang windu.







2.3.2 Air

Air yang digunakan untuk pembenihan udang vaname di BPBILAPU terdiri dari 2 sumber yakni air tawar dan air laut. Air tawar digunakan untuk mencuci bak, mencuci peralatan, menurunkan salinitas air pemeliharaan benur udang vaname dan kebutuhan sehari - hari staf dan karyawan seperti memasak mencuci dan mandi. Air tawar bersumber dari perusahaan air minum (PAM) dengan debit 0,666 liter / detik.

Air laut berasal dari laut lepas yang dihisap dengan menggunakan pompa jenis CV-732 TC HZ electric pump, merek “ show fow “ dengan kapasitas output 7,5 Hp, 333 volt, 125 A, dengan debit 4,76 1 / detik. Pompa tersebut dihubungkan dengan pipa PVC, berukuran 3 inci yang ditanam dalam pasir sepanjang 30 m, pada ujung (pipa penghisap) sisi-sisinya diberi selang dan diberi kain kassa serta diberi saringan berukuran 56 dan 200 micron, kemudian diikat dengan benang Poliethilen. Air yang dihisap masuk ke bak reservoir, dalam bak reservoir, terdapat saringan fisik berupa injuk dan pasir.

Air kemudian ditampung dalam tendon utama yang berukuran 975 x 570 x 125 cm, dengan ketinggian 5 m dari dasar tanah, berjumlah 2 unti, sebelum didistribusikan keseluruh hatchey, air di filter dengan menggunakan fressure filter kemudian didistribusikan ke seluruh hatchery.

2.3.3 Sistem Aerasi

Aerasi berfungsi meningkatkan oksigen terlaur dalam air media pemeliharaan, sehingga dapat mempercepat penguapan gas beracun NH3 (amoniak) dan H2S (sulfur). Untuk mendapatkan udara (aerasi) digunakan blower sebanyak 2 buah dengan merek “ shou fou root blower “ berkapasitas 5 KVA, type IRH dengan output 500 rpm.



Pendistribusian dari ruang blower ke seluruh hatchery dengan menggunakan pipa, pipa primer 2 inchi, pipa sekunder ¾ inchi kemudian dihubungkan ke bak dengan menggunakan selang aerasi yang ujungnya diberi pemberat yang terbuat dari timah, kemudian diberi batu aerasi.

2.4 Fasilitas Pendukung

2.4.1 Energi dan Bangunan

Fasilitas pendukung yang digunakan di BPBILAPU yakni Energi dan Bangunan. Energi listrik bersumbr dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan daya sebesar 35 KVA yang dipusatkan pada ruang mesin, listrik digunakan untuk penerangan, menggerakan mesin pompa, pemanasan ( heater ). Selain itu terdapat 2 unit generator set ( GENSET ) dengan kecepatan putaran motor 1800 rpm dan daya 10 KVA, genset digunakan untuk menggerakan blower dan penerangan. Generator set digunakan bila PLN padam atau mengalami pemutusan jaringan dikarenakan ada gangguan teknis.

Fasilitas berupa bangunan di BPBILAPU Pangandaran terdiri dari perumahan karyawan sebanyak 10 unit, aula 90 m² sebanyak 2 unit, rumah genset dan blower 12 m² , serta tempat prakerin 174 m².















BAB III

PEMBAHASAN



3.1 Biologi

3.1.1 Klasifikasi

Udang vaname digolongkan kedalam genus Panaid pada Filum Arthropoda. Ada ribuan spesies difilum ini. Namun, yang mendominasi perairan berasal dari subfilum Crustrcea. Ciri – ciri subfilum crusteca yaitu memiliki 3 pasang kaki berjalan yang berfungsi untuk mencapit, terutama dari ordo Decapoda, seperti Litopenaeus chinesis, L. japonicus, l. monodon, L. stylirotris, dan Litopenaeus vannamei

Menurut D.A Susanto (1998), secara klasifikasinya udang vanamei adalah sebagai beriku :

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Metozoa

Filum : Arthropoda

Subfilum : Crustacea

Kelas : Malacostraca

Subkelas : Eumalacosteraca

Superordo : Euracida

Ordo : Decapoda









Subordo : Denderobrachiata

Famili : Penaeidae

Genus : Litopeneus

Spesies : Litopeneus vannamei

3.1.2 Morfologi

Tubuh udang vaname dibentuk oleh 2 cabang (Biromous), yaitu exopodite dan endopodite. Vaname memliki tubuh berbuku –buku dan aktivitas berganti kulit luar ( moulting )

Ciri – cirri udang vanamei adalah sebagai berikut :

 Bagian kepala udang vanamei terdiri dari antenula, antenna, mandibula, dan 5 pasang kaki jalan

 Udang vanamae bagian kaki berjalan , terdiri dari 2 pasang maxillae dan 3 pasang maxillae dan 3 pasang maxilliped.

 Bagian perut vaname terdiri dari 6 ruas

 Uadang vaname bagian kaki renang, terdiri dari 5 pasang

 Bagian ekor udang vaname berbentuk seperti kipas

Bagian tubuh udang vanamae terdiri dari Kepala (thorax) dan perut (abdomen). Tubuh udang vanamae dapat dibagi atas 2 bagian yaitu ;

1. Kepala (thorax)

Kepala udang vaname terdiri dari antenula, antenna, mandibula, dan 2 pasang maxillae. Kepala udang vaname juga dilengkapi dengan 3 pasang maxilliped 5 pasang kaki bejalan ( Peripoda ) atau kaki sepuluh (Decapoda).

Maxilliped berfungsi sebagai organ untuk makan. Bentuk poropoda beruas ruas yang berujung di bagian dactylus ada yang berbentuk capit ( kaki ke-1, ke-2, dan kaki ke3) dan juga yang tanpa capit (kaki ke-4 dan kaki ke-5).

2. Perut (Abdomen)

Abhdomen terdiri dari 6 ruas. Pada bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki renang dan sepasang uropods (mirip ekor) yang membenruk kipas bersama sama telson.

3.1.3 Siklus Hidup

Udang vaname bersifat nocturnal, yaitu melakukan aktifitas pada malam hari. Siklus hidup udang vaname sebelum ditebar dibak beton yaitu stadia nauplii, stadia zoea, stadia mysis, dan stadia postlarva.

1. Satadia Naupli

Pada stadia ini, larva berukuran 0,32 – 0,58 mm. Sistem ini pencernaannya belum sempurna dan masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur, pada stadia ini udang vaname belum membutuhkan makanan dari luar.

2. Stadia Zoea

Stadia Zoea terjadi setelah naupli ditebar dibak pemeliharaan sekitar 15 – 24 jam. Larva sudah berukuran 1,05 – 3,30 mm. Pada stadia ini benih udang mengalami molting sebanyak 3x, lama waktu proses pergantian kulit sebelum memasuki stadia berikutnya (mysis) sekitar 4-5 hari. Pada stadia ini, benih sudah dapat diberi makan alami seperti artemia.









3. Stadia Mysis

Pada stadia ini, benih sudah menyerupai bentuk udang yang dicirikan dengan sudah terlihat ekor kipas (uropods) dan ekor (telson).

Ukuran larva berkisar 3,50 – 4,80 mm. Stadia ini memiliki 3 substadi yaitu mysis 1, mysis 2, dan mysis 3 yang berlangsung selama 3 – 4 hari sebelum masuk pada stadia postlarva (PL).

4. Stadia Postlarva (PL)

Pada stadia ini, benih udang vaname sudah tampak seperti udang dewasa. Pada stadia ini udang sudah mulai aktif bergerak lurus kedepan.

Sifat – sifat penting Udang Vaname :

o Aktif pada kondisi gelap (noctural)

o Dapat hidup pada kisaran salinitas lebar (euryhaline)

o Suka memangsa jenis ( kanibal )

o Tipe pemakan lambat, tetapi terus menerus (continous feeder)

o Menyukai hidup didasar ( Bentik )

o Mencari makan lewat organ sensor (chemoreceptor)

Sifat cenderung karnivora umumnya , Pertambak akan menebar PL 10 – pl 15 yang sudah berukuran rata – rata 10 mm

3.1.4 Moulting

Genus Pennaeid mengalami pergantian kulit (moulting) secara periodik untuk tumbuh, termasuk udang vannamei. Proses moulting berlangsung dalam 5 tahap yang bersifat kompleks, yaitu postmolting lanjutan intermolting ( premoulting ), dan molting (ecdysis). Proses moultin diakhiri dengan pelepasan kulit luar dari tubuh udang.





Faktor – Faktro Moulting

Moulting akan terjadi secara teratur pada udang yang sehat. Bobot udang akan bertambah setiap kali mengalami Moulting. Faktor – factor yang memperngaruhi Moulting massal yaitu kondisi lingkungan, gejala pasang, dan terjadi penurunan volume air atau surut.

3.1.5 Tingkah Laku Makanan

Udang termasuk golongan omnivore atau pemakan segala. Udang vaname mencari dan mengidentifikasikan pakan menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran dengan bantuan organ sensor yang terdiri dari bulu – bulu halus (setae). Organ sensor itu terpusat pada ujung anterior antenula, bagian mulut, capit, antenna, dan maxilliped. Dengan bantuan sinyal kimiawi yang ditangkap, udang akan merespon untuk mendekati atau menjauhi sumber pakan.

Fase tingkah laku makan udang vannmei

• Pendeteksian pakan dengan sinyal kimiawi

• Orientasi (pengalaman medan), saat udang akan bergerak menuju sumber pakan

• Bergerak mendekati sumber pakan

• Menjepit pakan dengan kaki jalan dan dimasukan ke dalam mulut

• Udang kan berhenti makan bila sudah kenyang













3.2 Pemeliharaan Larva

3.2.1 Persiapan bak

Persiapn bak penetesan telur diBalai Pengembangan Budidaya Ikan Laut dan Payau Pangandaran, dilakukan dengan cara disiram dengan air tawar dan disikat dengan bersih.

Bak yang telah dibesihkan dikeringkan dibawah sinar matahari selama 1 hari atau sampai digunakan dengan cara membuka terpal penutup bak. Pengisian air dilakukan dengan menggunakan pompa. Bak diisi air laut yang berasal dari tandon sampai bervolume 12 m², sebelum air masuk ke bak, air disaring menggunakan filter bag. Treatment air media dengan menggunakan EDTA dengan dosis 8 ppm.

Bak yang akan digunakan untuk pemeliharaan larva terbuat dari beton dengan ukuran 8,47 x 2 x 1,1, m dengan ketebalan dinding 19 cm. Sebelum digunakan bak pemeliharaan larva, terlebih dahulu wadah dibersihkan, bak dibersihkan dengan menggunakan sikat, spon terbuat dari bekas jarring) yang bertujuan untuk membersihkan jasad renik yang menempel pada bak, selain peralatan juga dibersihkan selang aerasi, batu aerasi ( timah ) dengan cara disikat dengan menggunakan spon. Setelah disikat kemudian dibilas dengan menggunakan air tawar, setelah itu bak dikeringkan hingga kegiatan pemeliharaan dilakukan pada bak tersebut.















3.2.2 Penebaran larva

Sebelum larva ditebar pada bak pemeliharaan larva, terlebih dahulu dilakukan pengaturan aerasi, aerasi pada bak pemeliharaan larva diusahakan tidak terlalu besar, karena pada stadia noupli masih rawan terhadap goncangan yang besar. Untuk Proses aklimatisasi dilakukan dengan cara mengapungkan plastic packing pada bak pemeliharaan larva, aklimatisasi dilakukan untuk menstabilkan suhu dalam kantong plastic packing dengan suhu dalam bak pemeliharaan yang bersuhu 29º C. Aklimatisasi dilakukan 10 – 15 menit kemudian karet pengikat plastic dibuka, lalu bagian bawahnya diangkat secara perlahan – lahan, agar naupli keluar dari plastic.

3.2.3 Pemberian pakan

Pakan yang diberikan untuk larva udang di Bali Pengembangan benih Ikan Laut Air Payau dan Udang (BPBILAPU) ada 2 jenis pakan yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami yang digunkan fitoplankton dan artemia. Pakan alami terutama fitoplankton yang dikultur sendiri ditempat budidaya. Kultur plankton dilakukan selam 5 hari sebelum pemeliharaan larva. Fitoplankton diberikan pada larva dari mulai dtadia zoea sapai mysis dengan frekuensi pemeliharaan 3x sehari. Sedangkan artemia diberikan pada stadia mysis sampai larva dipanen, dengan frekuensi pemberian 4 atau 5 kali dalam sehari. Sedangkan pakan buatan diberikan pada 2 jam sekali dalam sehari. Teknik pemberian pakan dilakukan dengan cara penebaran pakan yang sudah dicampur dengan air dan disaring didalam ember lalu diberikan pada larva dengan menggunakan gayung secara merata ke bak pemeliharaan larva.







3.2.4 Pengelolaan Kualitas Air

Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan cara menyaring air yang masuk kedalam bak dengan menggunakan filter bag, selian itu dilakukan pergantian air pada waktu udang vaname memasuki stadia postlarva, penggantian air dilakukan dengan menggunakan air tawar yang dimasukan kedalam bak pemeliharaan dengan tujuan untuk menurunkan salinitas secara bertahap. Pergantian air dilakukan dengan membuang air bak pemeliharaan larva sebanyak 10 – 15 cm. Cara yang dugunakan adalah pipa ukuran 4 inci, pada bagian ujungnya dilapisi kain strimin berukuran 50 micron dan dipasang pada selang berukuran 1 inci, setelah itu air dibuang dengan cara disipon. Pengisian air dilakukan dengan cara memasang selang pada kran yang telah tersedia, pada ujung selang diberi filter bag untuk menyaring kotoran yang masuk bersama air.

3.2.5 Sampling Pertumbuhan dan Populasi

Sampling perumbuhan dilakukan dengan cara mengambil air contoh sebnyak 500 ml denga menggunakan gelas ukur, lalu tampung air dengan menggunakan gayung atau baskom. Dari bak pemeliharaan, pengmbilan dilakukan pada 2 titik , setelah itu dilakukan perhitungan secara manual dengan menggunakan lampu senter, lalu air dibuang sedikit demi sedikit untuk dihitung populasinya. Berapa larva yang tertangkap pada setiap titik kemudian dikali dengan volume air. Sampling biasanya dilakukan pada malam hari.











3.2.6 Pencegahan dan Pemberantasan Hama Penyakit

Hama dan penyakit merupakan salah satu kendala produksi yang seing ditemukan pada usaha pembenihan. Hama biasanya berupa jenis binatang perairan atau darat yang dapat menimbulkan kerugian pada usaha budi daya udang, sedangkan penyakit banyak ditemukan pada udang – udang berusia muda baik pada sedia larva maupun post larva.

Lingkungan merupakan satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Timbulnya penyakit sangat tergantung pada keadaan lingkungan, jika lingkungan sehat dan bersih maka bibit penyakit susah berkembang untuk lebih memakan permasalahan yang timbul pada udang vaname maka diperhatikan suatu keterampilan dalam hal budidaya udang vaname di BPBILAPU Pengandaran, pada saat kami melaksanakan praktek terdapat beberapapa bak yang terserang penyakit. Penyakit yang menyerang Larva udang vaname ini diakibatkan oleh sejenis jamur yaitu vorticella sp. Penanggulangan yang dilakukan adalah dengan memberi larutan probiotik saat pemeliharaan berlangsung

3.2.7 Pemanenan

3.2.7.1 Persiapan Pemanenan

Setelah larva yang dipelihara telah mencapai ukuran panen yaitu PL 10 keatas, maka perlu dilakukan beberapa hal yaiut ; persiapanan panen, terutama alat pemanenan dan alat pengangkutan alat pemanenan yang perlu dipersiapkan antara lain bak penampungan benih sementara, baik persedian air, serok gayung (menyerupai helm) berdiameter 20 cm, baskom plastik berwarna biru berdiameter 30 cm, alat-alat takar yang terbuat dari bola pingpong dibagi 2 dan diberi lubang dan hapa sedangkan bahan yang perlu disimpan adalah oksigen, lakban, plastik packing berukuran 25 x 50 cm, karet gelang dan kardus besar beukuran 30x 40 x 40 cm serta sarana tranportasi berupa mobil ( pengankut )

3.2.7.2 Pengemasan dan Transportasi

Setelah pemanenan selesai, benih yang ditangkap ditampung terlebih dahulu dalam bak penampungan. Setelah itu ditangkap lalu dihitung secara manual dengan menggunakan takaran, kemudian dimasukan kedalam plastic packing yang di isi dengan karet gelang, lalu susun dalam kardus untuk diangkut.

Benih yang baik terlihat cerah, gerakan gesit, melawan arus, organ tubuh tidak cacat, ukuran seragam, dan ekor tampak mengembang jika sedang berenang.

Alat yang digunakan pengepakan meliputi : kantong plastik yang berukuran 20kg, kardus, media yang digunakan untuk pengankutan yaitu air dari media pemeliharaan larva dan dicampur dengan air tawar dan air laut yang bersal dari tandon pengembangan air lama dengan air baru yaitu 50 – 50, air baru terdiri dari air tawar dan ari laut, penambahan air tawar dilakukan untuk menemukan salinitas air. Pengangkutan dilakukan dengan menggunakn kendaraan terbuka berupa colt diseal

3.3 Kultur Pakan Alami

Salah satu faktor yang paling penting dalam kegiatan pembenihan adalah

Ketersediaan sumber pakan alami yang tetap bagi larva. Mikro Algae yang dibudidayakan di BPBILAPU adalah Chaetoceros sp. Dalam pemilihan jenis pakan alami, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah ;

a. Mudah dikultur atau dibudidayakan, murah dan memiliki toleransi yang cukup tinggi terhadap perubahan lingkungan,

b. Ukuran sel sesuai dengan bukaan mulut larva

c. Mudah dicerna dan bernilai giji tinggi,

d. Pertumbuhannya cepat sehingga dapat tersedia pada saat dibutuhkan

e. Tidak menghasilkan racun yang berbahanya bagi kehidupan larva

f. Gerakan organisme Lambat tidak terlalu cepat, sehingga dapat dengan mudah ditangkap oleh larva

Berdasarkan kriteria di atas, maka salah satu jenis pakan alami yang ideal untuk larva adalah mikro algae. Kelebihan mikro algae dibandingkan dengan jenis mikro algae lain adalah :

1. Ukuran lebih kecil dari bukaan mulut larva,

2. Mengandung asam lemak esensial ( HUFA ) yang sangat penting bagi pertumbuhan kekebalan tubuh dan pembentukan sel pada larva

3. Mengandung enzim pencernaan yang bersifat autolisis sehingga mudah untuk dicerna

4. Mengandung polisakarida spesifik pada dinding sel yang diduga dapat meransang system kekebalan tubuh

5. Memiliki sifat anti bodi atau imunostimulantory

6. Menjaga kualitas air dengan mengurangi / menghilangkan substansi mnitrogen dan membentuk kondisi atau warna air menjadi gelap



















3.3.1 Kaltur Chaetoceros sp

3.3.1.1 Persiapan wadah

Wadah yang digunakan unutk kultur chaetoceros di BPBILAPU Pangandaran, adalah bak beton yang berukuran 6,5 x 1,3 x 1,0 m, sebelum bak digunakan untuk kultur pakan alami, bak dicuci terlebih dahulu dari kotoran yang menempel di dinding dan dasar bak dengan cara disiram dengan air laut, kemudian diding dan dasar bak disikat dengan menggunakan spons beserta selang dan batu aerasi setelah itu disiram kembali dengan air laut, setelah bersih kemudian bak di isi air laut sampai ketinggian air yang diperlukan

Kultur Chaetoceros biasanya dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB atau pada sore hari pukul 16.00 WIB

3.3.1.2 Pemupukan

Setelah bak terisi air kemudian dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk urea, sebelum melakukan pemupukan terlebih dahulu melakukan pengkulturan dengan alat dan bahan seperti ember kecil dan aerasi ember pengkulturan dibagi 3 ember ; pertama pengkulturan menggunakan sikat 400 ml dan EDTA 200gr yang didisi air sebanyak 3 liter, ember kedua pengkuklturan menggunakan EDTA 86gr dan FECL 70gr dan diisi air sebanyak 3 liter. Ember ketiga pengkulturan menggunakan TSP 125gr dan urea 500gr. Lalu diberikan ke bak plankton sebanyak 250ml yang diambil tiap ember pengkulturan. Setelah itu diberi vitamin B komplek sebanyak 1 butir / bak Setelah bak terisi air









3.3.1.3 Inokulasi

Setelah air media dipupuk kemudian inokulasi ditebar dengan cara ditumpahkan ke beberapa titik agar inokulasi menyebar. Inokulasi biasanya berasal dari kultur sebelumnya atau mengambil dari hatchery yang lain, Inokulasi yang diberi sebanyak 6 liter

3.3.1.4 Sampling Pertumbuhan Populasi

Sampling bertujuan untuk mengetahui perkembangan populasi plankton. Metode sampling dilakukan dengan cara melihat dengan mata telanjang dengan melihat perubahan warna air menjadi coklat tua.

3.3.2 Penetasan Artemia

3.3.2.1 Persiapan Wadah

Wadah yang digunakan untuk penetesan Artenia berupa bak fiber yang berbentuk conicle dengan diameter 0,85m, sedangkan diameter bawah 0,58m. sebelum digunakan fiber dibersihkan terlebih dahulu dibilas dengan air laut, setelah itu digosok dengan menggunkan spons sampai bersih, lalu dibilas kembali dengan air bersih dan diisi air sebanyak kurang lebih 100 Liter

3.3.2.2 Penebaran Cyste Artemia

Setelah air dimasukan kedalam fiber penetesan artemia, kemudian diberi aerasi setelah itu memasukan artemia sebanyak 800gr. Penetesan biasanya dilakukan 12 jam dari penebaran.

3.3.2.3 Pemanena Artemia

Pemanenan artemia dilakukan setelah 24 jam atau cyste artemia telah menetas menjadi naupli artemia, Pemanenan dilkukan dengan cara mematikan system aerasi, kemudian fiber ditutup agar tidak tembus cahaya, kemudian biarkan selama 10-15 menit dengan tujuan agar artemia berkumpul dibawah, sedangkan cangkangnya mengumpul dibagian atas.

Setelah 15 menit kemudian lakukan pemanenan dengan cara membuka kran yang berada didasar fiber secara perlahan-lahan, naupli artemia yang keluar dari kran ditampung dalam baskom dan disaring menggunakn saringan berukuran 150 mikron yang diletakkan dalam baskom







































BAB IV

PENUTUP



4.1 Kesimpulan

Berdasrakan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka kami dapat menyimpulkan

Budidaya udang vannamei dengan system intensif dengan kontruksi bak yang seintensif dari bak berukuran 8 x 1, 6 x 1, 1m dengan kapasitas 16,49 m² berjumlah 10 unit tetapi yang digunakan 9 bak mempunyai kelebihan sebagai berikut :

“Masa persiapan lebih cepat, sehingga siklus budidaya lebih banyak dan akhir produksi tahunan lebih meningkat”

Managemen pemberian pakan diberikan 2 jam sekali dalam 24 jam, cara pemberian pakan yaitu dengan cara ditebar langsung ke bak, Dosis pemberian pakan selalu berubah-ubah seiring dengan proses pertumbuhan dan nafsu makan udang.

Pencegahan hama dan penyakit yang masuk ke media pemeliharaan yaitu dengan menambah dosis larutan probiotik, agar tidak mudah terkena jamur vorticella sp

- untuk pencegahan penyakit, kita dapat mempertahankan kualitas air dengan lingkungan

4.2 Saran

Saran yang kami sampaikan setelah praktek kerja lapangan di BPBILAPU Pangandaran, yaitu :

Untuk pertumbuhan udang yang baik diperlukan dosis pakan yang akurat.

Salinitas yang terlalu tinggi, dapat menghambat pertumbuhan udang , maka cara menangani salinitas yang tinggi yaitu dengan cara pengenceran atau penggantian air





DAFTAR PUSTAKA



Susaanto D.A 1998 Pembuatan kultur mikro organisme dari Lumpur aktif untuk menurunkan kadar aromia pada tambak udang intensif, skiripsi, jurusan Biologi Universitas Pajajaran (Bandung 1998)

Ahmad,T. 1991 Pengolahan Pengubah Mutu air yang penting dalam tambak udang Intensif, Balai penelitian Perikanan Budidaya pantai Maros

Cocok. Endhay K. Mencegah kematian masal udang akibat penyakit “White Spot” Dirjen

Erik S 1999 Perikanan Balai Budidaya Air Payau Jepara. 15 P

0 komentar:

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Abaut

http://wwwroges-ade.blogspot.com, between the and tags
  • About
  • http://wwwroges-ade.blogspot.com, between the and tags

    Popular Posts

    BTemplates.com

    Blogroll

    script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js">

    About

    script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js">

    Copyright © Roghes Family | Powered by Blogger
    Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com